Kuliah Lapang Mahasiswa PSLP Pengelolaan dan Mitigasi Bencana serta Dampak Lingkungan di TPA Talangagung Kepanjen

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Talangagung Kepanjen menjadi salah satu tujuan kunjungan kuliah lapang mahasiswa PSLP pada tanggal 18 November 2023 yang diikuti oleh 4 mahasiswa dan dosen MK Pengelolaan Bencana dan MK Sistem Lingkungan dan Analisisnya. Kuliah lapang mengambil tema pengelolaan bencana non alam kebakaran dan mitigasi serta pengelolaan dampak lingkungan yang berpotensi terjadi di TPA Talangagung.

 

Kebakaran yang terjadi secara beruntun pada 16 TPA di Indonesia tahun 2023 menjadi salah satu alasan pelaksanaan kuliah lapang. TPA Talangagung adalah satu role mode untuk model pengelolaan sampah yang berhasil mengelola risiko bencana. Menurut Pak Rudi selaku pengelola penyebab utama kebakaran di TPA adalah pemilahan sampah khususnya baterei dan faktor manusia (pemulung). TPA Talangagung sendiri telah berhasil mengelola dan memanfaatkan gas metan yang dicurigai sebagai salah risiko penyebab kebakaran.

 

TPA Talangagung mengelola sampah dari 23 kecamatan, dari total 33 kecamatan di Kabupaten Malang. Total area seluas 3 ha tersebut menampung kurang lebih 200-ton sampah. Jumlah tersebut tentunya tidak ideal jika mengingat adanya 3 TPA yang seharusnya beroperasi di wilayah Kabupaten Malang. Batas penanganan yang ideal, yaitu 11 kecamatan per TPA, tidak direalisasikan dengan baik. Keadaan over-kapasitas ini rupanya bisa disiasati dengan baik oleh pengelola TPA. Namun, terdapat kesan bahwa TPA Talangagung melakukan mitigasi dampak lingkungan secara semi-swadaya, mulai dari pengembangan teknologi swakelola; di antaranya sistem aliran gas metan dan pemurniannya, kontrol air lindi, maupun kontrol kualitas air dengan menggunakan sumur pantau.

 

Sejak berdirinya, TPA Talangagung sudah tidak menggunakan sistem open dumping seperti yang umum terjadi di Indonesia, contohnya di TPA Suwung, Bali, maupun TPA Bantar Gebang, Bekasi. Sistem yang digunakan adalah sanitary landfill di mana buangan sampah per harinya ditutup dengan tanah. Bersama dengan sistem penyaluran gas metan yang terkontrol, penerapan sanitary landfill ini membantu mencegah polusi bau yang ditimbulkan oleh proses dekomposisi sampah oleh mikroba tanah. Hal ini merupakan bentuk penanggulangan dampak lingkungan yang baik oleh pengelola TPA Talangagung.

 

Selain itu, TPA Talangagung juga menjalankan fungsi sosial-ekonomi dalam menopang masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Keberadaan TPA yang dianggap menguntungkan warga secara finansial karena pasokan gas metan gratis untuk memasak untuk 250 Kepala Keluarga (total 350 unit kompor), sejak sekitar tahun 2011. Sebagian warga pun diterima untuk bekerja sebagai pemulung dan penyortir sampah di TPA Talangagung. Hal ini memberi kesempatan warga untuk memelihara kelestarian lingkungan melalui TPA Talangagung.

 

Kendati pengelolaan TPA Talangagung terbilang baik, perlu adanya perhatian dari pemerintah setempat untuk memberi pelatihan atau monitoring secara berkala terhadap kualitas dan keterampilan Sumber Daya Manusia pengelola TPA. Sebagai contoh, SDM sepantasanya mendapatkan pelatihan keselamatan kerja secara berkala, yang seharusnya dibantu oleh pemerintah daerah. Hal ini dilakukan supaya SDM pengelola dapat memberikan pelayanan yang terstandar dengan baik, dan dapat mencegah terjadinya dampak lingkungan maupun bencana yang dapat diakibatkan oleh manajemen yang tidak maksimal.