(Indonesian) Polusi Plastik Kian Memprihatinkan, Tim Dosen UB Teliti Persepsi Mahasiswa

Jumat, 15 November 2024, Masalah polusi plastik semakin memprihatinkan. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional KLHK (2023), sampah plastik menempati urutan tertinggi kedua setelah sampah sisa makanan, yaitu sebesar 18,7%. Plastik telah mencemari berbagai ruang kehidupan, baik di darat, laut, maupun udara. Polusi plastik merupakan ancaman terbesar bagi keseimbangan ekosistem daratan dan lautan. Di daratan, fenomena hewan ternak, seperti sapi, kambing, dan ayam memakan sampah plastik bukan merupakan hal yang baru. Padahal hewan ternak tersebut dikonsumsi oleh manusia. Pada Tahun 2019, terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa telur ayam kampung di Tropodo tercemar oleh dioksin yang berada di atas baku mutu standar keamanan pangan. Pencemaran dioksin ini diakibatkan oleh pembakaran plastik sebagai bahan bakar pabrik tahu yang ada di sana. Di lautan, seringkali dijumpai berita biota laut, seperti ikan, penyu, anjing laut yang memakan sampah plastik, terjerat sisa jaring nelayan dan sampah plastik, bahkan menyebabkan kematian pada biota tersebut. Di udara, hasil pembakaran sampah plastik bisa terhirup masuk ke dalam saluran pernafasan sehingga berpotensi meninggalkan mikroplastik pada jaringan paru-paru. Pada tahun 2022, pertama kalinya peneliti menemukan mikroplastik di dalam paru-paru manusia.

Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, tim dosen UB yang diketuai oleh Dr. Dini Atikawati, S.Pd., M.Sc. bersama mahasiswa melakukan penelitian persepsi pro-lingkungan mahasiswa terhadap polusi plastik untuk menganalisis sejauh mana tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa terhadap polusi plastik. Dini menyampaikan bahwa mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi sebelumnya ke arah yang lebih baik. Selain itu, mahasiswa merupakan agen perubahan yang memiliki peran penting untuk turut serta dalam menyelesaikan persoalan polusi plastik. Dengan mengetahui persepsi mahasiswa terhadap polusi plastik, diharapkan dapat disusun langkah strategis yang dapat diterapkan terutama di lingkungan kampus. Hal ini juga merupakan bagian dari perwujudan SDGs di lingkungan kampus

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap polusi plastik dan mikroplastik sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pemahaman yang baik terhadap dampak dan bahaya plastik dan mikroplastik. Selain itu, mahasiswa juga menunjukkan sikap yang positif terhadap polusi plastik dan mikroplastik. Akan tetapi, pengetahuan dan sikap yang tinggi tidak didukung dengan tingkat perilaku yang tinggi. Perilaku mahasiswa belum menunjukkan adanya upaya pengurangan dan pencegahan terhadap polusi plastik dan mikroplastik. Tentu saja hal ini menjadi catatan penting bagi dunia pendidikan untuk ikut serta dalam melakukan suatu tindakan rekayasa sosial yang mampu mengubah perilaku mahasiswa menjadi lebih baik. Lingkungan kampus melalui kebijakannya dapat membantu terwujudnya perubahan perilaku tersebut. Diharapkan melalui kebijakan yang diterapkan di kampus, perilaku mahasiswa akan selaras dengan pengetahuan dan sikapnya.